Selasa, 11 Agustus 2009

UPAYA MELURUSKAN AQIDAH DAN MANHAJ UMMAT

PERKARA-PERKARA YANG MERUSAK AMAL

1. Kufur, Syirik, Murtad, dan Nifaq.
Wahai orang Muslim, wahai hamba Allah!
Ketahuilah, siapa yang mati dalam keadaan
kafir atau musyrik atau murtad, maka segala
amal yang baik tidak ada manfaatnya untuk
mendekatkan diri kepada Allah, seperti
shadaqah, silaturrahim, berbuat baik kepada
tetangga dan lain-lainnya. Sebab di antara
syarat taqarrub adalah mengetahui siapa
yang didekati. Sementara itu orang kafir
tidak begitu. Maka secara spontan amalnya
menjadi rusak dan sia-sia.
Allah berfirman: “Barangsiapa yang murtad
di antara kamu dari agamanya, maka
mereka itulah yang sia-sia amalannya di
dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya” [Al-Baqarah: 217].
“Barang siapa yang kafir sesudah beriman
(tidak menerima hukum-hukum Islam),
maka hapuslah amalannya dan ia pada
akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”
[Al-Maidah: 5].
“Dan sesunggunya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan
(Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi’.” [Az-Zumar: 65].
Allah juga berfirman, mengabarkan tentang
keadaan semua rasul: “Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah
dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan.” [Al-An’am: 88].
Dan juga sabda Rasulullah r: “Apabila Allah
sudah mengumpulkan orang-orang yang
terdahulu dan orang-orang yang kemudian
untuk satu hari dan tiada keraguan di
dalamnya, maka ada penyeru yang berseru:
‘Barangsiapa telah menyekutukan seseorang
dalam suatu amalan yang mestinya
dikerjakan karena Allah, lalu dia minta
pahala di sisi-Nya, maka sesungguhnya Allah
adalah yang paling tidak membutuhkan
untuk dipersekutukan’.” [HR. At-Tirmidzi
3154, Ibnu Majah 4203, Ahmad 4/215,
Ibnu Hibban 7301, hasan].
2. Riya’.
Celaan terhadap riya’ telah disebutkan
dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Firman Allah:
“... seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya’ kepada manusia dan
dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu yang licin dan diatasnya ada
tanah, kemudian batu itu mejadilah bersih
(tidak bertanah). Mereka itu tidak menguasai
sesuatu apapun dari apa yang mereka
usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang kafir.” [ Al-Baqarah:
264].
Rasullullah r bersabda: “Sesungguhnya yang
aku paling takutkan atas kamu sekalian ialah
syirik kecil, yaitu riya’. Allah berfirman pada
hari kiamat, tatkala memberikan balasan
terhadap amal-amal manusia, ‘Pergilah
kepada orang-orang yang dulu kamu berbuat
riya’ di dunia, lalu lihatlah apakah kamu
mendapatkan balasan bagi mereka?” [HR.
Ahmad 5/428, 429, shahih].
Maka dari itu jauhilah riya’, karena ia
merupakan bencana amat jahat, yang bisa
menggugurkan amal dan menjadikannya
sia-sia. Ketahuilah, bahwa orang-orang yang
riya’ adalah pertama kali menjadi santapan
neraka, karena mereka telah menikmati
hasil perbuatannya di dunia, sehingga tidak
ada yang menyisa di akhirat.
Ya Allah, sucikanlah hati kami dari nifaq dan
amal kami yang riya’ teguhkanlah kami
pada jalan-Mu yang lurus, agar datang
keyakinan kepada kami.
3. Menyebut-Nyebut Shadaqah dan
Menyakiti Orang Yang Diberi.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman janganlah kamu menghilangkan
(pahala) shadaqahmu dengan menyebutnyebutnya
dan menyakiti (perasaan si
penerima).” [Al-Baqarah: 264].
Ketahuilah wahai hamba Allah! Jika engkau
menshadaqahkan harta karena mengharap
balasan dari orang yang engkau beri, maka
engkau tidak akan mendapatkan keridhaan
Allah. Begitu pula jika engkau
menshadaqahkannya karena terpaksa dan
menyebut-nyebut pemberianmu kepada
orang lain.
Rasulullah r bersabda: “Tiga orang, Allah
tidak menerima ibadah yang wajib dan yang
sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka
kepada orang tua, menyebut-nyebut
shadaqah dan mendustakan takdir.” [HR.
Ibnu Abi Ashim 323, Ath-Thabrany
7547, hasan].
Abu Bakar Al-Warraq berkata, “Kebaikan
yang paling baik, pada setiap waktu adalah
perbuatan yang tidak dilanjuti dengan
menyebut-nyebutnya.”
Allah berfirman: “Perkataan baik dan
pemberian maaf lebih baik dari shadaqah
yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah
Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” [Al-
Baqarah: 263].
4. Mendustakan Takdir.
Ketahuilah wahai orang Mukmin, iman
seorang hamba tidak dianggap sah kecuali
dia beriman kepada takdir Allah, baik
maupun buruk.Semua ketentuan sudah
ditetapkan dan ditulis di Mushhaf yang hanya
diketahui Allah semata, sebelum suatu
peristiwa benar-benar terjadi dan sebelum
Dia menciptakan alam.Mendustakannya
dapat membatalkan dan merusak amal
seseorang.
Rasulullah r bersabda: “Tiga orang, Allah
tidak menerima ibadah yang wajib dan yang
sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka
kepada orang tua, menyebut-nyebut
shadaqah dan mendustakan takdir.”
Dan sabda beliau yang lain: “Andaikata Allah
mengadzab semua penghuni langit dan
bumi-Nya, maka Dia tidak zhalim terhadap
mereka. Dan, andaikata Allah merahmati
mereka, maka rahmat-Nya itu lebih baik bagi
mereka dari amal-amal mereka. Andaikata
engkau membelanjakan emas seperti
gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak
akan menerima amalmu sehingga engkau
beriman kepada takdir, dan engkau tahu
bahwa bencana yang menimpamu, dan apa
yang membuatmu salah bukan untuk
menimpakan bencana kepadamu. Andaikata
engkau mati tidak seperti ini, maka engkau
akan masuk neraka.” [HR. Abu Daud 4699,
Ibnu Majah 77, Ahmad 5/183, 185, 189,
shahih].
5. Meninggalkan Shalat Ashar.
Allah memperingatkan manusia agar tidak
meninggalkan shalatul-wustha (shalat ashar)
karena dilalaikan harta, keluarga atau
keduniaan. Allah mengkhususkan bagi
pelakunya dengan ancaman keras,
khususnya shalat ashar. Firman-Nya: “Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang yang lalai dari shalatnya.” [Al-
Ma’un: 4-5].
Rasulullah r bersabda: “Orang yang tidak
mengerjakan shalat ashar, seakan-akan dia
ditinggalkan sendirian oleh keluarga dan
hartanya.” [HR. Al-Bukhari 2/30, Muslim
626]
Dari Abu Al-Malih, atau Amir bin Usamah
bin Umair Al-Hadzaly, dia berkata, “Kami
bersama Buraidah dalam suatu perperangan
pada suatu hari yang mendung. Lalu ia
berkata, ‘Segeralah melaksanakan shalat
ashar, karena Nabi r pernah berkata:
“Barangsiapa meninggalkan shalat ashar,
maka amalnya telah lenyap.” [HR. Al-
Bukhari 2/31, 66].
6. Bersumpah Bahwa Allah Tidak
Mengampuni Seseorang
Dari Jundab t sesungguhnya Rasulullah r
mengisahkan tentang seorang laki-laki yang
berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan
mengampuni Fulan. Padahal Allah telah
berfirman, ‘Siapa yang bersumpah kepada-
Ku, bahwa aku tidak mengampuni Fulan,
maka aku mengampuni Fulan itu dan
menyia-nyiakan amalnya (orang yang
bersumpah).” [HR. Muslim 16/174].
Ketahuilah, bahwa memutuskan manusia
dari rahmat Allah merupakan sebab
bertambahnya kedurhakaan orang yang
durhaka. Karena dia(orang yang durhaka)
merasa yakin, pintu rahmat Ilahi sudah
ditutup di hadapannya, sehingga dia
semakin menyimpang jauh dan durhaka,
hanya karena dia hendak memuaskan
nafsunya. Allah akan mengadzabnya dengan
adzab yang tidak diberikan kepada orang
lain.
Bukankah sudah selayaknya jika Allah
menghapus pahala amal orang yang
menutup pintu kebaikan dan membuka pintu
keburukan, sebagai balasan yang setimpal
baginya?
7. Mempersulit Rasulullah, dengan
Perkataan maupun Perbuatan.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu meninggikan
suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah
kamu berkata kepadanya dengan suara
keras sebagaimana kerasnya (suara)
sebagian kamu terhadap sebagian yang lain
supaya tidak menghapus (pahala)
amalanmu, sedang kamu tidak
menyadarinya.” [Al-Hujurat: 2].
Dari Anas bin Malik t, tatkala ayat ini turun
maka Tsabit bin Qais di rumahnya, seraya
berkata, “Pahala amalku telah terhapus, dan
aku termasuk penghuni neraka.” Dia juga
menghindari Nabi r. Lalu beliau bertanya
kepada Sa’d bin Mu’adz, “Wahai Abu Amr,
mengapa Tsabit mengeluh?”
Sa’d menjawab, “Dia sedang menyendiri
dan saya tidak tahu kalau dia sedang
mengeluh.”
Lalu Sa’d mendatangi Tsabit dan
mengabarkan apa yang dikatakan
Rasulullah. Maka Tsabit berkata, “Ayat ini
telah turun, sedang engkau sekalian tahu
bahwa aku adalah orang yang paling keras
suaranya di hadapan Rasulullah. Berarti aku
termasuk penghuni neraka.”
Sa’d menyampaikan hal ini kepada beliau,
lalu beliau berkata, “Bahwa dia termasuk
penghuni surga.” [HR. Al-Bukhari 6/260,
Muslim 2/133-134].
Dengan hadits ini jelaslah bahwa
mengeraskan suara yang dapat menghapus
pahala amal adalah suara yang menggangu
Rasulullah, menentang perintah beliau, tidak
taat dan tidak mengikuti beliau, baik
perkataan maupun perbuatan.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman taatlah kepada Allah dan Rasul dan
janganlah kamu merusakkan (pahala) amalamalmu.
” [Muhammad: 33].
8. Melakukan Bid’ah Dalam Agama.
Melakukan bid’ah akan mengugurkan amal
dan menghapus pahala. Dalam hal ini
Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa yang
menciptakan sesuatu yang baru dalam
agama kami ini yang tidak termasuk bagian
darinya, maka ia tertolak.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “Barangsiapa
yang melakukan suatu amalan yang tidak
termasuk agama kami, maka ia tertolak.”
[HR. Al-Bukhari 5/301, Muslim 12/16].
9. Melanggar Hal-Hal Yang Diharamkan
Allah Secara Sembunyi-Sembunyi.
Dari Tsauban t, dari Nabi r, beliau bersabda:
“Benar-benar akan kuberitahukan tentang
orang-orang dari umatku yang datang pada
hari kiamat dengan membawa beberapa
kebaikan seperti gunung Tihamah yang
berwarna putih, lalu Allah menjadikan
kebaikan-kebaikan itu sebagai debu yang
berhamburan”. Tsauban berkata, “Wahai
Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka
kepada kami dan jelaskan kepada kami,
agar kami tidak termasuk di antara mereka,
sedang kami tidak mengetahuinya”. Beliau
bersabda: “Sesungguhnya mereka itu juga
saudara dan dari jenismu. Mereka shalat
malam seperti yang kamu kerjakan. Hanya
saja mereka adalah orang-orang yang
apabila berada sendirian dengan hal-hal
yang diharamkan Allah maka, mereka
melanggarnya.” [HR. Ibnu Majah 4245,
shahih].
10. Merasa Gembira Jika Ada Orang
Mukmin Terbunuh.
Darah orang Muslim itu dilindungi. Maka
seseorang tidak boleh menumpahkan
darahnya menurut hak Islam.
Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa
membunuh seorang Mukmin lalu ia merasa
senang terhadap pembunuhannya itu, maka
Allah tidak akan menerima ibadah yang
wajib dan yang sunat darinya.” [HR. Abu
Daud 4270, shahih].
11. Menetap Bersama Orang-Orang
Musyrik Di Wilayah Perperangan.
Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari
kakeknya, dia berkata: “Aku berkata, ‘wahai
Nabi Allah, aku tidak pernah mendatangimu
sehingga aku menjalin persahabatan lebih
banyak dari jumlah jari-jari tangan? Apakah
sekarang aku tidak boleh mendatangimu
dan mendatangi agamamu? Sesungguhnya
aku dulu adalah orang yang tidak pernah
melalaikan sesuatu pun kecuali apa yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepadaku,
dan sesungguhnya aku ingin bertanya atas
ridha Allah, dengan apa Rabb-mu
mengutusmu kepada kami?”
Beliau menjawab, “Dengan Islam.”
“Apakah tanda-tanda Islam itu?”, Dia
bertanya.
Beliau menjawab, “Hendaklah engkau
mengucapkan: ‘Aku berserah diri kepada
Allah’, hendaklah engkau bergantung
kepada-Nya, mendirikan shalat dan
mengeluarkan zakat. Setiap orang Muslim
atas orang Muslim lainnya adalah haram
(menyakiti), keduanya adalah saudara dan
saling menolong. Allah tidak akan
menerima suatu amalan dari orang
Muslim setelah dia masuk Islam,
sehingga dia meninggalkan orang-orang
kafir untuk bergabung dengan
orang-orang Muslim.” [HR. An-Nasa’i
5/82-83, Ibnu Majah 2536, Ahmad 5/
4-5, hasan].
12. Mendatangi Dukun dan Peramal.
Beliau r mengancam orang-orang yang
mendatangi dukun dan sejenisnya, lalu
meminta sesuatu kepadanya, bahwa
shalatnya tidak akan diterima selama empat
puluh hari. Beliau bersabda: “Barangsiapa
mendatangi peramal lalu bertanya tentang
sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak
akan diterima selama empat puluh hari.”
[HR. Muslim 14/227].
Ancaman ini diperuntukkan bagi orang yang
mendatangi dukun dan menanyakan

Percetakan RISTIA Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar